Wednesday, June 26, 2013

Antara "Presepsi dan Tulang Rusuk"

Dulu, aku pernah denger, kalau perempuan itu cuman punya satu tulang rusuk, sedangkan laki-laki punya dua tulang rusuk, kemudian laki-laki memberikan tulang rusuknya untuk perempuan, hanya perempuan yang benar-benar bisa terima bagaimanapun keadaan tulang rusuk si laki-laki.
Dari situ semua dimulai dengan sangat alami, konsep "tulang rusuk" aku bawa sampai aku sebesar ini, apa benar perempuan butuh tulang rusuk dari laki-laki? tapi apa mungkin ada perempuan yang butuh banyak tulang rusuk? lalu bagaimana dengan mereka (laki-laki) yang tidak pernah tau tulang rusuknya untuk siapa? atau bagaimana jika si laki-laki benar-benar yakin jika tulang rusuknya untuk salah satu perempuan yang justru tidak seyakin itu. terus bagaimana jika ada salah satu laki-laki yang ditakdirkan punya dua tulang rusuk selamanya? yang artinya dia tidak berjodoh dengan siapapun.
bingung kan?
Sudahlah, perempuan sudah cukup membuat saya bingung, apalagi si tulang rusuk ini.
oiya, ada juga yang bilang hawa diciptakan dari tulang rusuk sang adam, yang jika diterjemahkan perempuan berarti berasal dari tulang rusuk laki-laki.
Dari sini aku bisa sedikit menangkap benang merahnya, yang menurutku separuh dari laki-laki adalah untuk perempuan, termasuk tulang rusuk.
Kalau dipikir-pikir kita tidak perlu mimikirkannya, tidak perlu berfikir atau bertanya-tanya seribet itu, cukup mengalir, yang kita perlu hanya cukup percaya, bahwa : "Dua jenis manusia ini akan merasa lebih "satu" ketika separuh dari mereka bertemu dengan separuhnya".
ahh, indah sekali bukan?

Monday, June 24, 2013

Menua dengan Waktu

Sudah beberapa hari terakhir waktu membawaku disebuah persimpangan bernama sepi, waktu membawa semua warna yang bisa membuat hidupku sedikit meramai, mungkin benar waktu adalah musuh besar manusia, aku tidak pernah tau apa maksud waktu memberiku sepi sebesar ini, seperti sengaja dibuat seperti ini agar aku mengerti sedikit hal, namun semuanya melenceng jauh, aku tidak pernah memahami satu halpun. Aku manusia yang ditertawakan takdir, aku bodoh!
Waktu bisakah engkau sedikit manusiawi? aku tidak sekuat yang kau anggap, aku terlalu dini untuk kau simpan dalam lingkaran sepimu, boleh aku keluar dari sini? aku ingin seperti manusia lain yang bermain-main, melompat, berlari, bahkan punya cinta yang semestinya. Aku ingin seperti mereka.
Waktu, berjalanlah, teruslah berjalan, aku ingin cepat mengetahui ujung dari semua ini.
Mungkin dimensi ini yang membuat aku dewasa, tapi mungkin juga dimensi ini yang membuat aku mati.
Jika aku punya banyak keberanian, aku akan menghentikan waktu! aku akan memutarnya kebelakang, dan aku akan menghapusmu!
Kamu tau? aku benci ini!
Aku selalu benci punya cinta yang TIDAK semestinya, aku benci menyimpanya, aku benci karena aku tau kamu tidak benar-benar peduli denganku.
sekuat mungkin, di dalam sepi ini aku tidak menanyakan kabarmu, karena aku tau kamu selalu baik-baik saja, karena kamu selalu bersama dengan orang yang paling tepat. Tolong, jika kamu membaca ini, tersenyumlah. Aku disini baik-baik saja, karena kini sepi menjelma menjadi teman baik ku, dan aku menikmatinya. Jika kau ingat ucapan selamat pagi dariku, anggap saja itu konyol, sekonyol "badut" yang gagal membuatmu tertawa diawal pagi.
Aku janji suatu saat nanti perasaan ini akan aku hilangkan, yaa, suatu hari nanti ketika aku paham betul bagaimana caranya,
Dan, sebisa mungkin ketika takdir mempertemukan kita di sebuah ruang, semoga takdir dan waktu tidak lagi berseteru denganku, aku sudah tidak lagi memiliki perasaan itu, dan beban itu menghilang.
Aku mencintai yang semestinya, kamu bahagia dengan nya.....





Tuesday, June 18, 2013

Satu Sisi Bernama ''Pilihan''

Untuk sementara ini, mungkin aku memilih untuk lebih berhati-hati dengan perasaanku sendiri. Aku tidak ingin hal yang sama terjadi berulang-ulang.
Merelakan mungkin menjadi hal yang paling pantas aku lalukan, terlebih jika aku tau berharap memang benar bisa membunuh perasaanku sendiri,
Kamu pernah ada! kamu pernah bermain disini! kamu pernah menjadi bunga! kamu pernah menjelma menjadi separuh hati untuk jiwa yang belum sempurna! tapi sayang kamu belum pernah tau.
Tidak usah muluk-muluk, kembali lagi pada tujuanku menulis ini, aku ingin semuanya baik-baik saja, biasa-biasa saja, Seperti saat aku masih belum menyimpan sesuatu untukmu, saat aku masih belum merasakan getaran saat bertemu denganmu, seperti pada saat aku masih belum jatuh cinta.
jika aku boleh protes dan memberi pertanyaan untuk tuhan, aku akan menanyakan ini :
"Tuhan, jika perasaan ini perasaan yang liar, lalu kenapa engkau masih juga membangun perasaan semegah ini untuknya?"
Jika tuhan tidak bersedia menjawab, aku harap waktu yang akan menjawabnya....

Thursday, June 6, 2013

Namaku Bulan

Langsung saja,,
Perkenalkan namaku bulan, aku benda langit yang anggun, seringkali aku membuat bumi terperangah melihat gerhanaku, aku punya cara yang tidak pernah dimiliki oleh benda langit lainya, aku punya jingga yang sejuk, aku bisa membuat siapa saja yang melihatku ingin berlama-lama denganku.
oiya,, aku punya cerita tentang pria itu...
Pria yang selalu bercerita padaku tentang gurat kecil dihatinya, biasanya ia akan bercerita kepadaku ketika ia benar-benar telak dipecundangi rindunya, ia banyak bercerita kepadaku tentang perjuangannya dimasa lalu, dia selalu berbicara tentang wanita itu, wanita yang sudah banyak menginspirasinya.
Selain bercerita, dia juga sering menitipkan rindunya untuk aku sampaikan.
Kasihan,, dia percaya bahwa aku bisa berbicara, dia percaya bahwa aku bisa mewakili rindunya,
Aku tahu sesuatu selalu terjadi ketika dia bercerita dengan ku, dia selalu merasakan itu.
Yang jelas aku tahu darinya adalah dia pria yang lemah, namun dia selalu kuat untuk menahan rindunya.
Sudah dulu yaa,,
Jumpa lain waktu,,
Ingat!! namaku bulan dan aku tidak bisa menyampaikan rindu siapapun. termasuk rindu pria ini untuk wanita itu.

Tuesday, June 4, 2013

Ruang Mengadu Rindu

Sebuah ruang seusai senja, sesudah awan yang jingga, sesudah garis matahari yang perlahan hilang, selalu ada semacam ruang.
Aku namai ruang ini "ruang mengadu rindu", ada banyak alasan kenapa ruang ini menjadi hal yang mutlak untuk dihuni, tapi diantara banyak alasannya aku tidak pernah bisa menjelaskannya. Mungkin manusia adalah mahkluk yang paling sering berseteru dengan kenangannya, paling susah berdamai dengan masalalunya, manusia selalu sulit mengalahkan itu semua, terlebih jika rindu sudah terlanjur meraksasa,
Diruang ini, ruang yang aku namai "ruang mengadu rindu" disini pula aku juga merasakan apa yang pernah dirasakan oleh manusia yang lain, aku pernah pecah diantara dimensi yang tuhan beri nama rindu, tapi untuk kesekian kali, aku tidak pernah bisa menerjemahkan ini semua atau menulisnya disini, entah apa yang membuat ini begitu agung. Semua resmi tercampur aduk disini, ada air mata, ada cinta, ada sepotong hati yang belum lega, ada nafas yang haru, ada juga ego untuk mengulangnya kembali.
Disini, diruang bernama "ruang mengadu rindu" aku selalu sadar semua tidak pernah bisa diulang...
Disini, diruang bernama "ruang mengadu rindu" aku telah sadar aku adalah manusia yang tidak pernah berdamai dengannya....
Disini, diruang bernama "ruang mengadu rindu" aku tau banyak hal.....
Disini, diruang bernama "ruang mengadu rindu" aku telah percaya, dia terlalu jauh...
Dan disini, diruang bernama "ruang mengadu rindu" aku sadar aku tidak setangguh itu memenangkan hatinya...

Saturday, June 1, 2013

Diantara Hujan

Dari dalam, suara hujan terdengar harmoni, sunyi adalah teman baiknya.
Cahaya lampu, jantung yang berdegup, hati yang ingin berbicara, nafas yang sesekali menghela, semuanya rapi terkemas seiring suara hujan dari luar.
Wanita itu muncul, dalam benak yang begitu meraksasa. Ya,, wanita yang begitu dicintainya. Hujan berhasil membawa bayangannya kemari, membawa pria ini mengingat-ingat satu hal kecil yang bahkan tidak pernah ia sadari, hal kecil itu, hal kecil ketika dia berjalan, hal kecil ketika ia memandang matanya, hal kecil ketika senyum tidak disadari mengembang, hal kecil yang selalu menginspirasi pria ini untuk ia tulis saat membuat puisi dan semacamnya.
Dan pria ini adalah aku...

Kenapa harus ada rindu ketika hujan datang? Kenapa harus wanita itu yang aku rindukan?
Aku seperti manusia yang tidak pernah jera terjebak didalam kebodohan yang sama. Yang jelas-jelas selalu tau hatinya tidak pernah ada namaku, tidak sedikitpun.
Apakah kamu melakukan hal yang sama ketika hujan membasahi jendelamu? Apakah kamu merasakan hal yang sama ketika tiba-tiba kamu mengingatku? Apakah jantungmu berdegup berantakan saat mengingat dua bulan yang lalu? Lima tahun yang lalu?
Aku tidak pernah benar-benar peduli, karena aku tidak butuh dirindukan.
karena saat ini aku hanya butuh hujan ini reda,
Aku hanya butuh suara hujan tidak lebih keras dari suaraku,
Karena aku butuh kamu mendengarnya,
"Aku mencintaimu"