Tuesday, April 22, 2014

Satu Dua Tarikan Nafas Pastikan Kau Baik-Baik Saja




 


Rasa yang kau dapati selepas aku memberi senyum tidak kah kau anggap ada? Aku bernyanyi ribuan lagu yang kau nyanyikan, menyimpan kata demi kata yang dipuisikan untuk kau baca.
Pahamilah, aku manusia dengan hati seribu kesan tentang mu. Sudikah kau menganggapku manusia?
Dari seribu cara menilai apa itu pijar dan gelap. Kau ku jadikan cara paling tepat.
Memaknai berjuta hirup dan hembus nafas, mengerti tentang sepersekian detik sakit di hidup atau yang berjam-jam pada hariku.
Aku belajar dan mengerti banyak tentang kode-kode yang diberikan semesta dari Tuhan melalui pertemuan denganmu.
Melalui mu, melalui tatapan dari dua kristal bola mata mu.
Melalui jabat tangan hangat penuh romansa.
Melalui sketsa kuno hasil goresan hidup dari masamu.
Aku bersyukur dapat bertukar nama denganmu. Aku paham siapa kau, walau kau sedikit paham siapa aku.
Semesta raya, Tuhan dan skenarionya, aku harus berterima kasih kepada kalian, hembus nafas dan detak jantungku kalian bawa menuju persimpangan jalan dimana aku harus tau dia sedang mengkayuh mimpinya dengan pangerannya.
Tidak pernah berharap aku yang ada dalam kayuh mimpinya.
Aku sudi menerima pita pita hitam khas kematian dan duka cita. Karena aku merasa belum mati, aku masih ada, tapi aku dengan jalanku yang ini. Yang penuh terjal, penuh tikung gelap dan sepi.
Dan jika kau masih ada, lalui jalanmu dengannya, satu dua tarikan nafas pastikan kau baik-baik saja.
Aku berdoa untukmu...

Purnama diantara Haru







Merindu dengan purnama yang tak kunjung menjingga dilangitku. Gelap gulita tak ada sedikitpun cerca cahaya.  Purnama,, hadirlah di langit seribu ceritaku dan wahai Tuhan pantaskan purnama hadir membungkam semua hitam dilangitku.
Terlalu lama membiarkan hitam menyetubuhi langit, terlalu indah untuk dibiarkan kosong tanpa ada campur tangan cahaya sedikitpun. Purnama datanglah.
Apa kau tega mendengar tangisan langit yang tidak pernah jeda mengharap kau hadir.
Purnama kau dimana? Atas dasar apa kau enggan bersandar diantara pekat langitku?
Apa aku terlalu lancang memaksamu bersedia datang? Atau aku adalah pemilik langit yang tidak pernah sedikitpun sadar diri?
Bukankah kau tau, purnama selalu pantas diharapkan langit manapun, termasuk langitku.
Jika kau, sang  purnama sedang bercahaya dilangit yang lain, atau sedang bersikeras menjelajahi seribu langit diluar sana. Jika kau lelah menjelajah, singgahlah dilangitku. Langit ini sedia menunggu sisa cahayamu.
Aku sengaja membiarkan langit ini kosong, aku sengaja membiarkannya tidak tersentuh cahaya, aku juga sengaja berharap cahaya dari: kau sang purnama, yang hadir dan menyapa belantara gelap dibentangan langitku.
Tidak mengenal sakit dari semua haru tentang langitku. Tidak pernah menggubris gelap yang tertawa lepas disana, bahkan tidak sedikitpun merasa lelah percaya bahwa purnama itu ada. Suatu saat diantara gelap, diantara ribuan hektar bentangan hitam yang lama menghuni langitku, suatu saat nanti akan tiba saatnya, purnama bersandar menyudahi semuanya. Menyudahi semua kehampaan ini. Suatu saat nanti. Ya, suatu saat nanti. Hanguslah kau wahai gelap di langit seribu cerita ini.



“Gadis di Sebelahku”






Bulan saat ini sederhana, bersembunyi malu-malu dan terlihat tak bulat. Tapi bintang bertabur kemana-mana, melengkapi bulan yang tak sempurna terlihat.
Di bawah langit, malam ini.
Di atas dunia yang beputar.
Di tengah-tengah manusia lainnya.
Aku menjadi pelaku utama atas kisah dan cerita yang anggun. Tentang dua hati yang tak mau disebut saling melarikan diri dari masa lalu masing-masing. Yang dipertemukan dengan rencana Tuhan yang benar maha indah. Kita sama-sama tidak menyadari bahwa kita adalah manusia yang sama-sama belajar menempuh proses, hingga kita sama-sama bertemu disimpang jalan yang sama, yang sama-sama saling tegur dan bercerita tentang hidup, tentang ego dan kebodohan kita di masa lalu. Kenyataan menggiring kita di sebuah ruang sederhana milik kita berdua, ditempat itu kita sama-sama bercerita apa saja yang kita lewati sebelum sampai ditempat ini.
Apa kau setuju jika ruang ini aku namai " Ruang Rasa"?
Ruang Rasa ini tak luas memang, tapi cukup menjadi tempat yang nyaman untuk duduk berdua dan saling bercerita,
Tak mewah memang, tapi cukup teduh untuk berlindung diteriknya masalah, diricuhnya persoalan, cukup nyaman untuk kita berdua.
Ruang rasa ini bangunan sederhana, yang kita bangun untuk bertemu dan saling terbuka, sampai kita benar-benar mengenal satu sama lain.
Aku menyukai bagian dimana hidup berputar dan membolak-balik tak beraturan, aku menyukai bagian ini, aku menyukai suasana yang tak bisa tertebak, aku menyukai masa yang tak bisa diterjemahkan, aku menyukai fakta dimana saat ini aku sedang begandengan menyusuri waktu bersama mu, seperti malam ini.
Telapak tangan kita saling berpangutan, mengubah anggapan bahwa hidup tak pernah berpihak.

Aku bertanya dalam hati, untuk dunia.
Mengenai kesulitan yang hebat, mengenai keterbatasan logika, mengenai kebodohan yang bermuara pada rasa. Aku tidak sedikitpun mengerti Tuhan menamainya apa. Manusia disebelahku ini, yang memegang erat tanganku, mengajariku cara menjadi Pria yang bisa mengahargai, yang merobohkan tembok berlapis-lapis dalam ego ku. Memutar sudut pikir,  menerka-nerka hadiah yang diberi Tuhan yang saat ini aku genggam, merasakan dan mensyukurinya.
Hai gadis disebelahku, apa kau tau aku begitu rapuh?
Apa kau tau, aku bisa bersembunyi bertahun-tahun dibaik awan dan enggan turun ke bumi?
Hai gadis disebelahku,bumi adalah tempat hidup yang menyeramkan.
Apa kau tau, aku takut hidup sendirian?
Maka aku ingin bertanya kepadamu, mengapa kau berhasil membujuk ku turun dan merasakan hidup?
Aku rasa kau tak pernah tau darimana pertanyaan itu terucap. Tapi aku yakin dengan genggam tanganmu ini kau memiliki jawaban yang hebat untuk pertanyaan magis ku, yang masih kau simpan dan aku mengerti seiring waktu.

Terimakasih gadis disebelahku, kau acuhkan semua ketidaksempuraanku.
Terimakasih gadis disebelahku, kau memaafkan kebodohan ku dimasa lalu.
Untuk gadis disebelahku, aku punya keinginan untuk menjadi teman di dalam sepimu, tolong iyakan inginku.
Wahai gadis disebelahku, aku butuh genggam tanganmu saat aku berjuang bersama waktu.
Dan gadis disebelahku, teruslah seperti ini, berjalan mengimbangiku.