Tuesday, October 29, 2013

Aku Adalah Kuasa Untuk Diriku Sendiri

Pertama-tama aku adalah jiwa yang penuh kekang, jiwa yang menyerupai jendela yang tak pernah dijadikan tempat untuk melihat senja. Aku memegang kuasa untuk ragaku sendiri, aku sepenuhnya berhak mengatakan ini adalah cinta yang besar diantara deru perang. Ini seperti sketsa yang dilukis tuhan diatas awan yang biru, seperti ombak yang mengalun bak romansa country, seperti bunga mawar yang menunggu dipetik dan berharap diberikan kepada manusia yang tepat.

Aku faham aku adalah aku, aku bukan mereka atau bukan juga kamu. Aku tetaplah aku. Aku manusia yang congkak menggabungkan rasa sederhana ini. Membuatnya terasa lebih rumit dari rumus kimia atau fisika, lebih dari itu. Lantas bagaimana aku bisa menyebut ini cinta jika saja aku miskin rasa.
Aku tau, manusia dilahirkan karena cinta juga mati karena cinta. Hidup hanya untuk cinta.
Begitu agung artinya bahkan meluas sampai membanjiri angkasa, memenuhi istana dan kastil-kastil kecil ditepian angan di sudut pikir manusia, yang membuatnya agung adalah rasa saling memiliki, rasa saling menghormati, rasa peduli untuk merangkul yang patah arah, rasa yang menyejukan jiwa yang sesak, rasa yang bersinergi untuk saling menjaga.

Bukan, bukan dengan aku berbicara tentang cinta aku paham tentang cinta. Aku hanya jujur mengutarakan apa yang aku rasakan sekarang yang mungkin belum bisa disebut cinta. Tapi persetan. Aku adalah kuasa atas diriku sendiri dan aku berhak menyebut  ini cinta.
Bayangkan, aku seperti melukis dikanvas yang salah, aku seperti mencampur adukan warna di tempat yang salah, bahkan aku menggambar sesuatu yang sepantasnya tidak aku gambar. Aku sepenuhnya salah. Dan memang iya aku congkak.

Mungkin aku harus beribu-ribu kali menghujaninya dengan kata maaf, aku harus memegang tangannya kemudian berkata “aku tau aku bukan senja yang indah ditempatmu, tapi aku akan mencoba indah ditempat yang lain yang  sesuai dengan senja ala kadarku, tapi tidak bisa dipungkiri aku mencintaimu, aku merasa ini benar, aku merasa ini sah-sah saja, aku merasa semuanya wajar”.

Aku mencintaimu, entah sampai kapan.
Aku memimpikanmu, entah dengan tidurku yang mana lagi.
Aku menghargaimu, kamu bukan milik ku. Dan itu benar.
Tapi aku adalah kuasa untuk diriku sendiri, aku mencintaimu!


0 comments:

Post a Comment