Kami
bertemu diantara dingin yang menyekap hati.
Kami
disandera di wilayah paling indah yang memang telah disiapkan Tuhan untuk kami.
Kami
menenun waktu diwilayah ini, yang belum sempat kita namai.
Telah
kami rundingkan beberapa nama yang layak untuk wilayah ini.
Tapi
tak satupun mampu mewakili keindahannya.
Wilayah
ini.
Dimana
kami selalu bermain.
Kami
isi dengan karangan bunga hasil karya kami sendiri.
Tak
ada sekat diwilayah ini.
Tak
ada tuas untuk menjauhkan kami.
Kami
bahagia disandera di wilayah ini.
Entah.
Ini
membingungkan.
Meski
kami disekap, kami tak sekalipun dikekang.
Bahkan
Tuhan menyuguhkan banyak sekali keindahan lewat cara-cara magisnya.
Tuhan,
Tolong
beri tau kami wilayah macam apa ini?
Mengapa
seolah hanya kami yang mampu bernafas di wilayah yang maha indah ini?
Tuhan,
wilayah ini luas.
Terlampau
luas.
Sangat
luas untuk diisi dua orang saja.
Tapi
yang kami tau, tak satupun dari kehendakmu berjalan jika tak beralasan.
Tuhan,
jika engkau sandera kami disini.
Ijinkan
kami berdua hidup dengan bermacam-macam rasa di wilayah ini.
Ajarkan
kami tentang kemurnian jiwa.
Ajarkan
kami menunduk di hadapanmu.
Ajarkan
kami merawat dan mengisi wilayah ini dengan cinta.
Ajarkan
kami membangun istana yang kokoh diwilayah ini.
Ajarkan
hingga kami menjadi “SATU”
Tuhan,
kami bahagia kau sandera di wilayah ini.
Maafkan
jika kami tak mampu menamai wilayah ini.
Tapi
kami berjanji.
Meski
wilayah ini tak bernama.
Kami
akan mewarnainya dengan suka cita yang tulus.
Kami
akan mempuisikannya dengan penghayatan luar biasa.
Kami
akan isi dengan ketulusan jiwa, untuk berjuang menempuh proses.
Wilayah
ini, tak bernama.
Kami
bersedia menjaga dan merawatnya.
Tuhan,
terimakasih.
Kami
akan tetap mengadu rasa disini.
Sampai
semua berjalan beriring rindu yang panjang.
Sampai
kami tak sadar bahwa kami mendiami wilayah ini berabad-abad.
Wilayah
tak bernama,
Jaga
istana kami.
Tuhan,
Kami
tak tau kalimat yang pas untuk berterimakasih.
Maafkan
kami.
0 comments:
Post a Comment