Wahai gadis disebelahku, tengoklah kearah sendu
dibalik dua cermin jiwa dimataku,
Aku akan memberi tau sedikit hal yang sering aku
bicarakan kepada langit-langit saat sepi menghunus malamku.
Gadis desebelahku, sediakan sedikit waktu untuk diam
sejenak menyimak lisan ku.
Dan yakinkan aku.
Aku bukanlah sosok sempurna yang selalu didamba, aku
bukanlah bingkisan istimewa, bukan juga yang ditungu-tungu karena indah.
Aku tak mampu membangun anak tangga beribu-ribu untuk
mengajakmu ke bulan, apalagi untuk terbang. Aku hanya bisa merayumu duduk manis
disini, mendengarkan cerita usang susunanku dari masa ke masa.
Jangan tatap aku curiga! Aku bukan badut yang diundang
untuk menghibur lalu pulang seusai dapat upah, aku tak butuh imbalan.
Arahkan senyum mu ke arah ini, tusukkan! Tancapkan
tepat di mataku. Aku ingin kesakitan dan merasakan perih, keluarkan air mataku.
Jika kau berhasil, artinya kau satu-satunya yang mampu membuatku diam dan tak
berbuat banyak, dan sebagai gantinya kau harus siap aku jatuh cintai setiap
hari
.
aku sering mengatakan sesuatu pada ranting dan daun
melalui angin, aku sering menitipkan hujan melalui awan dan sore, aku juga
sering membisikan satu dua kata kepada bayang-bayang melalui ketakutanku. Semua
yang kubicarakan kepada mereka adalah mengenai mu. Jika aku adalah pria yang
hebat, sudah pasti dan jelas aku mampu membuatmu nanar saat mendengarkan
ceritaku.
Coba dengar dan masuk perlahan melalui celah-celah
kecil yang ada dalam sekat yang dibuat angin. Pejamkan matamu dan akui
keberadaanku disampingmu.
Dan bersiaplah dari sekarang untuk tetap nyaman
mendengar.
"Kau berhak tau, aku pria penuh keterbatasan, aku
tak bisa banyak, tapi aku harap kau
selalu meyakinkan hatimu untuk tetap menerimaku duduk disampingmu. Aku mengakui,
sebelum denganmu sekarang, aku pernah berapi-api berjuang menempuh jalan panjang
untuk sampai di hati perempuan yang sudah kau ketahui namanya, aku tak bisa menyebutnya disini. Aku mengakui
aku pernah terlalu dalam berharap pada perempuan yang telah kau ketahui
namanya. Aku mengakui, aku pernah beradu dengan sakit untuk alasan yang tak
jelas.
Aku mengakui aku pernah merasa hilang bertahun-tahun,
mati dalam pengharapan yang membabi buta dan aku sendirian menempuh terjal, tapi telah ku dapati
banyak hal yang perlahan membuat ku mengerti.
Dan aku mengatakan ini kepadanya lewat diamku:
"Maafkan
aku, aku terlalu lancang masuk dan tak permisi, kini aku tau, rumah ini bukan
tempat ku untuk pulang". Aku mengaku telah ku katakan Maaf pada perempuan
itu. Karena bagiku kalimat itu adalah kalimat paling tepat untuk beranjak dan belajar
dari semuanya.
Setelah sekian ribu mil berjalan, setelah aku temukan
titik untuk memulainya dari awal. Kini aku menjumpai dirimu, dengan segala
macam bentuk kesedihan untuk sampai disini, kini aku meilihmu untuk tempat
menghelakan nafasku, aku pilih tempatmu untuk aku jadikan sandaran paling sejuk
seusai berjalan bermil-mil.
Apa kau lihat ada yang tak beres dengan jatungku? Jika
iya tolong pulihkan,
Kau lihat ada yang tak beres dengan jiwaku, jika iya
tolong rapikan. Karena tak mungkin aku baik-baik saja sesudah terombang ambing
hebat.
Sejujurnya, aku takut kau tak yakin kepadaku, bahwa
kini setelah bertahun-tahun berlalu aku mengatakan untuk memilihmu disini, setelah
mendengarkan semuanya aku harap kau mampu memaklumi kegilaan dan kebodohanku,
tak ada yang salah dengan ketidak yakinan mu, karena sampai sekarang aku tak
pernah mampu menjawab pertanyaanmu "masih ada rasa untuk perempuan itu?"
Aku tak berani menjawab, untuk perempuan seperti
dirimu, yang sudi merawat luka ku, dan sudi memulihkan tenaga serta mengatur
langkahku kembali, aku rasa kau tak pantas mendapat jawaban dari pertanyaanmu
itu. Maka, tugasmu sekarang adalah melihatku memberi perbuatan nyata atas jawaban yang
sekiranya kau mengerti seiring perjalanan denganku nanti. Tak ada salahnya kau
ragu denganku, tak ada salahnya kau bertanya seperti itu. Kau tau? Semua yang
ku jumpai dahulu sebelum bertemu denganmu adalah alasan yang membentuk
pendewasaanku sekarang. Karena Tuhan tak pernah memberikan sesuatu yang salah
dan tak ada maksud.
Jika kau cemburu dan marah tentang sifat dan rasaku kepadanya
bertahun-tahun lalu itu juga tak jadi masalah, karena aku yakin pada titik
dimana kita akan mengerti semuanya nanti, kita akan tersenyum, merasakan tumbuh
dengan kedewasaan yang hakiki. setelah jawaban semesta merobohkan tembok
keraguan yang menjadi sekat pada jiwa kita."
Untuk gadis disebelahku ini, pandanglah mataku. Telah
kau dengar ceritaku ini. Apa kau sudi membuang keraguanmu?
Kau melihatku? Aku kini berdiri, jantung dan jiwaku
membaik, ini berkat kesabaranmu merawatku.
Tetaplah duduk disampingku, lalu sandarkan kepalamu di
pundak ku, rasakan keraguanmu hilang perlahan. Gengamlah tanganku, rasakan
betapa kuat aku sekarang, jangan lepaskan.
Kini aku adalah pria yang lahir kembali, dan aku
memilihmu, besedialah.
0 comments:
Post a Comment