Tuesday, April 22, 2014

Purnama diantara Haru







Merindu dengan purnama yang tak kunjung menjingga dilangitku. Gelap gulita tak ada sedikitpun cerca cahaya.  Purnama,, hadirlah di langit seribu ceritaku dan wahai Tuhan pantaskan purnama hadir membungkam semua hitam dilangitku.
Terlalu lama membiarkan hitam menyetubuhi langit, terlalu indah untuk dibiarkan kosong tanpa ada campur tangan cahaya sedikitpun. Purnama datanglah.
Apa kau tega mendengar tangisan langit yang tidak pernah jeda mengharap kau hadir.
Purnama kau dimana? Atas dasar apa kau enggan bersandar diantara pekat langitku?
Apa aku terlalu lancang memaksamu bersedia datang? Atau aku adalah pemilik langit yang tidak pernah sedikitpun sadar diri?
Bukankah kau tau, purnama selalu pantas diharapkan langit manapun, termasuk langitku.
Jika kau, sang  purnama sedang bercahaya dilangit yang lain, atau sedang bersikeras menjelajahi seribu langit diluar sana. Jika kau lelah menjelajah, singgahlah dilangitku. Langit ini sedia menunggu sisa cahayamu.
Aku sengaja membiarkan langit ini kosong, aku sengaja membiarkannya tidak tersentuh cahaya, aku juga sengaja berharap cahaya dari: kau sang purnama, yang hadir dan menyapa belantara gelap dibentangan langitku.
Tidak mengenal sakit dari semua haru tentang langitku. Tidak pernah menggubris gelap yang tertawa lepas disana, bahkan tidak sedikitpun merasa lelah percaya bahwa purnama itu ada. Suatu saat diantara gelap, diantara ribuan hektar bentangan hitam yang lama menghuni langitku, suatu saat nanti akan tiba saatnya, purnama bersandar menyudahi semuanya. Menyudahi semua kehampaan ini. Suatu saat nanti. Ya, suatu saat nanti. Hanguslah kau wahai gelap di langit seribu cerita ini.



0 comments:

Post a Comment