Merindu dengan purnama yang tak kunjung menjingga
dilangitku. Gelap gulita tak ada sedikitpun cerca cahaya. Purnama,, hadirlah di langit seribu ceritaku
dan wahai Tuhan pantaskan purnama hadir membungkam semua hitam dilangitku.
Terlalu lama membiarkan hitam menyetubuhi langit,
terlalu indah untuk dibiarkan kosong tanpa ada campur tangan cahaya sedikitpun.
Purnama datanglah.
Apa kau tega mendengar tangisan langit yang tidak
pernah jeda mengharap kau hadir.
Purnama kau dimana? Atas dasar apa kau enggan
bersandar diantara pekat langitku?
Apa aku terlalu lancang memaksamu bersedia datang?
Atau aku adalah pemilik langit yang tidak pernah sedikitpun sadar diri?
Bukankah kau tau, purnama selalu pantas diharapkan
langit manapun, termasuk langitku.
Jika kau, sang
purnama sedang bercahaya dilangit yang lain, atau sedang bersikeras
menjelajahi seribu langit diluar sana. Jika kau lelah menjelajah, singgahlah
dilangitku. Langit ini sedia menunggu sisa cahayamu.
Aku sengaja membiarkan langit ini kosong, aku
sengaja membiarkannya tidak tersentuh cahaya, aku juga sengaja berharap cahaya
dari: kau sang purnama, yang hadir dan menyapa belantara gelap dibentangan
langitku.
Tidak mengenal sakit dari semua haru tentang
langitku. Tidak pernah menggubris gelap yang tertawa lepas disana, bahkan tidak
sedikitpun merasa lelah percaya bahwa purnama itu ada. Suatu saat diantara
gelap, diantara ribuan hektar bentangan hitam yang lama menghuni langitku,
suatu saat nanti akan tiba saatnya, purnama bersandar menyudahi semuanya. Menyudahi
semua kehampaan ini. Suatu saat nanti. Ya, suatu saat nanti. Hanguslah kau
wahai gelap di langit seribu cerita ini.
0 comments:
Post a Comment