Bulan saat ini sederhana, bersembunyi malu-malu dan terlihat
tak bulat. Tapi bintang bertabur kemana-mana, melengkapi bulan yang tak
sempurna terlihat.
Di bawah langit, malam ini.
Di atas dunia yang beputar.
Di tengah-tengah manusia lainnya.
Aku menjadi
pelaku utama atas kisah dan cerita yang anggun. Tentang dua hati yang tak mau
disebut saling
melarikan diri dari masa lalu masing-masing. Yang dipertemukan dengan rencana
Tuhan yang benar maha indah. Kita sama-sama tidak menyadari bahwa kita
adalah manusia yang sama-sama belajar menempuh proses, hingga kita sama-sama
bertemu disimpang jalan yang sama, yang sama-sama saling tegur dan bercerita tentang
hidup, tentang ego dan
kebodohan kita di masa lalu. Kenyataan menggiring kita di sebuah ruang
sederhana milik kita berdua, ditempat itu kita sama-sama bercerita apa saja
yang kita lewati sebelum sampai ditempat ini.
Apa kau
setuju jika ruang ini aku namai " Ruang Rasa"?
Ruang Rasa
ini tak luas memang, tapi cukup menjadi tempat yang nyaman untuk duduk berdua
dan saling bercerita,
Tak mewah
memang, tapi cukup teduh untuk berlindung diteriknya masalah, diricuhnya
persoalan, cukup nyaman untuk kita berdua.
Ruang rasa
ini bangunan sederhana, yang kita bangun untuk bertemu dan saling terbuka, sampai kita
benar-benar mengenal satu sama lain.
Aku
menyukai bagian dimana hidup berputar dan membolak-balik tak beraturan, aku
menyukai bagian ini, aku menyukai suasana yang tak bisa tertebak, aku menyukai
masa yang tak bisa diterjemahkan, aku menyukai fakta dimana saat ini aku sedang
begandengan menyusuri waktu bersama mu, seperti malam ini.
Telapak
tangan kita saling berpangutan, mengubah anggapan bahwa hidup tak pernah
berpihak.
Aku
bertanya dalam hati, untuk dunia.
Mengenai
kesulitan yang hebat,
mengenai keterbatasan logika, mengenai kebodohan yang bermuara pada rasa. Aku
tidak sedikitpun mengerti Tuhan menamainya apa. Manusia disebelahku ini,
yang memegang erat tanganku, mengajariku cara menjadi Pria yang bisa
mengahargai, yang merobohkan tembok berlapis-lapis dalam ego ku. Memutar sudut
pikir, menerka-nerka hadiah yang diberi
Tuhan yang saat ini aku genggam, merasakan dan mensyukurinya.
Hai gadis disebelahku, apa kau tau aku begitu rapuh?
Apa kau tau, aku bisa bersembunyi bertahun-tahun dibaik awan
dan enggan turun ke bumi?
Hai gadis disebelahku,bumi adalah tempat hidup yang
menyeramkan.
Apa kau tau, aku takut hidup sendirian?
Maka aku ingin bertanya kepadamu, mengapa kau berhasil
membujuk ku turun dan merasakan hidup?
Aku rasa kau tak pernah tau darimana pertanyaan itu terucap.
Tapi aku yakin dengan genggam tanganmu ini kau memiliki jawaban yang hebat
untuk pertanyaan magis ku, yang masih kau simpan dan aku mengerti seiring
waktu.
Terimakasih gadis
disebelahku, kau acuhkan semua ketidaksempuraanku.
Terimakasih gadis
disebelahku, kau memaafkan kebodohan ku dimasa lalu.
Untuk gadis
disebelahku, aku punya keinginan untuk menjadi teman di dalam sepimu, tolong
iyakan inginku.
Wahai gadis
disebelahku, aku butuh genggam tanganmu saat aku berjuang bersama waktu.
Dan gadis disebelahku,
teruslah seperti ini, berjalan mengimbangiku.